TARIKH

99 Kyai Kharismatik NU

       KH. BISRI MUSTHOFA
REMBANG
Wafat: 1397 H / 1977 M

Dari 54 buah judul karya KH. Bisri Musthofa itu, lima di antaranya karya asli yaitu Tafsir al-Ibriz, Islam dan Shalat,an-Nibras, Islam dan Keluarga Berencana, dan Imamuddin. Karya-karya KH. Bisri Musthofa jika diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuannya adalah sebagai berikut:

 

BIDANG TAFSIR

Selain Tafsir al-Ibriz, KH. Bisri Musthofa juga menyusun kitab Tafsir surat Yasin. Tafsir ini bersifat sangat singkat namun dapat digunakan para santri serta para da’i di pedesaan. Termasuk karyanya dalam hidang tafsir ini adalah kitab al-Iksier yang berarti “Pengantar Ilmu Tafsir’, yang sengaja ditulis untuk para santri yang sedang mempelajari ilmu tafsir.

 

BIDANG HADITS

  1. Sullamu al-Afham. terdiri atas empat jilid, berupa terjamahan dan penjelasan dari Bulughu al-Maraam. Di dalamnya memuat hadits-hadits hukum syara’ secara lengkap dengan keterangan yang sederhana.
  2. Al-Azwad al-Mushofawiyiah, berisi tafsiran Hadits Arba’in an-Nawawy untuk para santri pada tingkatan Tsanawiyah.
  3. Mandhumatul Baiquniyah, berisi ilmu Musthalah al-Hadits yang berbentuk nazham yang diberi makna gundul.

 

BIDANG AQIDAH

  1. Ruwaihatul Aqwam.
  2. Durarul Bayan.

Keduanya merupakan kata terjemahan kitab Tauhid/Aqidah yang dipelajari oleh para santri tingkat pemula dan berisi aliran Ahlussunnah wal Jama’ah bagi orang yang sedang belajar pada tingkat pemula.

 

BIDANG  SYARI’AH

  1. Sullamu al-Afham li Ma’rifati al-.Adíllati al-Ahkam fi Buluqhul Maram
  2. Al-Awaid al-Mabahiyah.
  3. Tuntunan Shalat.
  4. Manasik Haji
  5. Islam dan Shalat.

 

BIDANG AKHLAQ/TASAWUF

  1. Washaya al-Abaa’a Ii al-Abna.
  2. Syi’ir Ngudi Susilo.
  3. Mitera Sejati.
  4. Qashidah al- Ta’liqatul Mufidah (Syarah Dari Qashidah al-Munfarijah karya Syekh Yusuf dan Tunisia).

 

BIDANG BAHASA ARAB

  1. Jurumiyah.
  2. Nazham ‘Imrithi.
  3. Alfiyah Ibn Malik.
  4. Nazham al-Maqsbud.
  5. Syarah Jauhar Maknun.

 

BIDANG MANTIQ/LOGIKA

Terjemahan Sullam al-Munawaraq memuat dasar- dasar  berpikir, Iebih dikenal dengan ilmu Mantiq atau Logika. Isinya sangat sederhana tetapi sangat jelas dan praktis. Mudah dipahami, banyak contoh-contoh yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

 

BIDANG SEJARAH

  1. An-Abrasy.
  2. Tarikhul Anbiya.
  3. Tarikhul Awliya.

 

BIDANG-BIDANG LAIN

Buku tuntunan bagi para modin berjudul Imamuddin, Tiryaqul Aghyar terjemahan dari Qashida  Burdhatul Mukhtar. Kitab kumpulan do’a yang berhubungan dengan kehidupan sehari-sehari berjudul al-Haqibah (dua jilid).Buku kumpulan khutbah al-Idhamutul Jum’iyah (enam jilid), Islam dan Keluarga Berencana, buku cerita humor Kasykul (tiga jilid), Sya’ir-Sya’ir, Naskah Sandiwara, Metode Berpidato, dan lain-lain.

Karya-karya KH. Bisri Musthofa awalnya dipakai di Pesantren Kasingan Rembang untuk kalangan pesantren sendiri. Tetapi, dalam perkembangan berikutnya. Karya karya KH. Bisri Musthofa tersebut. digunakan juga di berbagai pesantren di Jawa Tengah, seperti Pesantren Lasem, Rembang, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Pekalongan, Ngawi, Tuban dan sekitarnya. Kerena banyaknya peminat, karya-karyanya tersebut kemudian diterbitkan ulang oleh beberapa penerbit seperti itulah disebutkan terdahulu. Dengan demikian penyebarannya pun menjadi lebih meluas lagi. Tidak hanya di pesantren pesisir Utara Jawa saja, tetapi juga meluas ke pesantren-pesantren daerah pedalaman seperti Banyumas, Purworejo, Magelang, Yogyakarta bahkan sampai ke Jawa Timur. Dengan demikian, tulisan-tulisannya di atas mempunyai peran cukup penting dalam proses belajar mengajar di berbagai pesantren.

Karya-karya KH. Bisri Musthofa dapat diterima di berbagai lapisan masyarakat. Terbukti, karya-karyanya tersebut dicetak ulang hingga belasan kali. Di antaranya adalah kitab al-Aqwam al-Musthafawiyyah mengalami cetak ulang sampai 16 kali, Ruwaihatul al-Aqwam sebanyak 14 kali, Durar al-Bayan 13 kali, al-Abawiyah al-Jurum’iýyah 5 kali Tuntunan Ringkas Manasik Haji sebanyak 6 kali, dan lain lain. Hingga sekarang, beberapa karya KH. Bisri Musthofa masih dipergunakan sebagai literatur pokok di pesantren pesantren di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Tirnur.

 

UPAYA PENTERJEMAHAN KITAB KUNING KE DALAM BAHASA JAWA

KH. Bisri Musthofa merupakan satu di antara sedikit ulama Islam Indonesia yang memiliki karya besar. Dialah sang pengarang kitab tafsir al-Ibris al- Ma’arifah Tafsir al – Qur’an al-Aziz. Kitab tafsir ini selesai ia tulis pada tahun 1960 dengan jumlah halaman setebal 2270 yang terbagi ke dalam tiga jilid besar. Masih banyak karya-karya lain yang dihasilkan KH. Bisri Musthofa, dan tidak hanya mencakup bidang Tafsir saja, tetapi juga bidang-bidang yang lain seperti Tauhid, Fiqh, Tasawuf, Hadits, Tata Bahasa Arab, Sastra Arab, dan lain-lain.

 

SEBAGAI PENGARANG DAN PEMBICARA

Selain itu, KH. Bisri Musthofa juga dikenal sebagai seorang orator atau ahli pidato. Ia, menurut KH. Saifuddin Zuhri, mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit sehingga menjadi begitu gamblang, mudah diterima semua kalangan baik orang kota maupun desa. Hal-hal yang berat menjadi begitu ringan, sesuatu yang membosankan menjadi mengasyikkan, sesuatu yang kelihatan sepele menjadi amat penting, berbagai kritiknya sangat tajam, meluncur begitu saja dengan lancar dan menyegarkan, serta pihak yang terkena kritik tidak marah karena disampaikan secara sopan dan menyenangkan.

 

KARIR POLITIK DAN PERJUANGAN

Titik berat pengabdian KH. Bisri Musthofa adalah untuk ilmu dan agama. Sejak ia memimpin pesantren, sejak itu pula sudah tampak dedikasi dan kemampuannya dalam bidang ilmu agama Islam. Ia melayani para santri-santrinya yang semakin hari semakin membludak. Kemampuan yang dimiliki KH. Bisri Musthofa tidak diragukan lagi dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga menjadikan lebih banyak santri yang menaruh minat kepadanya. Ia banyak menghabiskan waktunya untuk menyusun dan menulis ilmu pengetahuan agama dengan berbagai tema seperti yang telah disebutkan di atas.

KH. Bisri Musthofa hidup dalam tiga zaman, yaitu zaman penjajah, zaman pemerintahan Soekarno dan masa Orde Baru. Pada zaman penjajahan ia duduk sebagai Ketua Nahdlatul Ulama dan Ketua Hizbullah Cabang Rembang. Kemudian, setelah Mejelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dibubarkan Jepang, ia diangkat rnenjadi Ketua Masyumi Cabang Rembang, Ketua Masyumi Pusat waktu itu adalah KH. Hasyim Asy’ari dan wakilnya Ki Bagus Hadikusumo.

 

SEBAGAI ANGGOTA KONSTITUANTE

Pada zaman pemerintahan Soekarno, KH. Bisri Musthofa  duduk sebagai anggota konstituante, anggota MPRS, ia ikut terlibat dalam pengangkatan Letjen Soeharto sebagai Presiden menggantikan Soekarno, dan memimpin do’a waktu pelantikan.

Pada masa Orde Baru, KH. Bisri Musthofa pernah  manjadi anggota DPRD I Jawa Tengah hasil pemilu 1971 dari fraksi NU dan anggota MPR dari utusan Daerah Golongan Ulama. Pada tahun 1977, ketika partai Islam berfungsi menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia menjadi anggota Majelis Syura PPP Pusat. Secara bersamaan ia juga duduk sebagai Syuriah NU wilayah Jawa Tengah.

Menjelang pemilu 1977, KH. Bisri Musthofa terdaftar sebagai calon nomor satu anggota DPR Pusat dari PPP untuk daerah pemilihan Jawa Tengah. Namun sayang sekali, pemilu 1977 berlangsung tanpa kehadiran KH. Bisri Musthofa, ia meninggal dunia seminggu sebelum masa kampanye 24 Februari 1977. Duduknya KH. Bisri Musthofa sebagai calon utama anggota DPR tersebut memang memberikan bobot tersendiri bagi perolehan suara PPP. Itulah sebabnya, kepergiannya dirasakan sebagai suatu musibah yang berat bagi warga PPP.

 

WAFATNYA

KH. Bisri Musthofa wafat di Rumah Sakit Umum Semarang karena serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan pada paru-paru. Seminggu sebelumnya, ia ke Jakarta mengurus keberangkatan putranya ke Arab Saudi, yang melanjutkan studi ke Riyadh, dan menyelesaikan beberapa urusan dengan Majelis Syura PPP. Pulang dari Jakarta ia langsung ke Jombang untuk suatu urusan dengan Rais ‘Aam KH. M. Bisri Syamsuri. Dalam perjalannya ini, sesungguhnya ia telah merasakan kesehatannya terganggu. Sampai di rumah, ia paksakan untuk mengajar para santri di pesantren yang dipimpinnya di Rembang. Dalam kondisi sakit, KH. Bisri Musthofa masih memaksakan diri untuk menghadiri hari lahirnya Partai di Purwodadi, Grobogan .

Selesai menghadiri harlah, ia benar-benar jatuh sakit. KH. Bisri merintahkan putranya untuk memanggil dokter. Suatu hal yang jarang terjadi. Tekanan darah yang amat tinggi dan keletihannya menimbulkan komplikasi. Tidak ada jalan lain kecuali opname di rumah sakit Semarang. Tapi keadaan sudah terlambat, komplikasinya demikian berat sehingga detak jantung dan paru-parunya sudah tidak normal. Meski sudah bekerja keras, kesanggupan dokter sudah sampai pada ambang batas. Allah Maha berkehendak. Seminggu sebelum masa kampanye pemilu 1977, tepatnya tanggal 24 Februari 1977 KH. Bisri Musthofa wafat.

 

 

Dikutip dari: Buku 99 Kiai Kharismatik Indonesia Jilid 2 (Pustaka Anda Jombang, 2010)