TARIKH

Ziarah Pemikiran Gus Dur

GUS DUR PEJUANG DEMOKRASI

Oleh; Rusdi Isnan Y (Lakpesdam NU Kota Malang-alumni UIN Malang)

 

KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur telah mangkat. Kepergian beliau meninggalkan kesan yang mendalam pada memori umat Islam. Gus Dur memiliki kepribadian yang unik, cara berpikir yang melintasi batas dan futuristik, memiliki keberanian politik yang revolusioner, kesahajaan dan kesederhanaan yang ada menjadikan Gus Dur tidak saja fenomenal dan populis akan tetapi di mata umat Islam, khususnya di Malang. Gus Dur adalah sosok yang banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan berdemokrasi dan komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan. Semua itu tergambar dalam rangkaian pertemuan yang dimotori oleh Lakpesdam NU Kota Malang tahun 2010 di Kantor NU bersama dengan para aktifis pergerakan (PMII) dan representasi tokoh-tokoh keagamaan di Malang antara lain dari Muhammadiyah, LDII, Forum Komunikasi Antarumat Beragama, Pengurus Cabang NU Kota Malang dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat di Malang. kegiatan itu untuk merefleksikan kembali secara detail pemikiran Gus Dur, sikap dan nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan bagi perubahan situasi politik dan kehidupan kebangsaan Indonesia. Rangkaian refleksi itu dapat diuraikan dalam untaian kenangan yang dialektis.

Kamilun Muhtadin, Wakil Ketua NU Kota Malang memulai menjelaskan bagaimana kesan yang terinternalisasi begitu mendalam pada sosok Gus Dur. Beliau menjelaskan bahwa membicarakan sosok Gus Dur dan mendiskusikannya niscaya tidak akan selesai dalam satu kali atau dua kali forum saja. Bahkan, bila dijadikan bahan kajian dalam waktu beberapa semester, pembicaraan mengenai Gus Dur tidak akan cukup. Betapa banyak ide, ucapan, tulisan dan tindakan beliau yang mencerminkan cerminan sebuah penggambaran icon seorang tokoh yang sangat brillian. Gus Dur adalah pribadi yang unik dan jika diuraikan maka seolah sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

Dalam konteks sebagai Bapak pluralisme dan multikulturalisme, Gus Dur mengajarkan bagaimana kita menghargai pemeluk agama lain sesama hamba Allah SWT sesuai dengan amanat UUD 1945 sebagaimana terkandung pada pasal 29. Meskipun dianggap sebagai agen zionis oleh aliran Islam kanan dan dicap Gus Dur sebagai orang yang telah menyimpang dari syariat Islam, Gus Dur tetap konsisten dan istiqomah untuk membela keyakinan umat agama lain. Masih ingat dalam benak kita ketika beliau melakukan pembelaan terhadap kasus penganiayaan terhadap kelompok AKKBB (Aliansi Kerukunan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan), seketika itu juga secara lantang beliau mengatakan, “kalau pemerintah tidak berani membubarkan FPI, maka saya sendiri yang akan melakukannya”. Betapa Gus Dur adalah sosok yang mencintai sesama hamba Allah, memiliki tindakan egalitarian dan dalam konteks pembelaan terhadap AKKBB menggambarkan bagaimana Gus Dur begitu siap pasang badan dalam membela kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Jejak kenangan itu begitu luas di mata Kamilun Muhtadin. Pada suatu waktu Kamilun Muhtadin mengingat kembali bagaimana Gus Dur menceritakan keberadaan Soeharto ketika masih dalam kondisi sehat tentang inisiatif beberapa orang yang mengajak berdiskusi terkait usulan Partai Golkar untuk mengusulkan memberikan penghargaan kepada Soeharto agar menjadi pahlawan nasional. Kamilun Muhtadin mengatakan, “tanpa berpikir panjang Gus Dur menjawab, tidak ada yang sulit, asal melalui proses hukum:. Begitulah gambaran tentang kecerdasan Gus Dur membaca situasi saat itu.

Bisa diingat pula ketika Adhie Massardi diangkat menjadi juru  bicara kepresidenan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, dia bertanya,

Gus, apa yang harus saya ucapkan?

Beliau menjawab, “katakan yang objektif rasional, agar tak menyakiti hati rakyat

Betapa arahan yang disampaikan Gus Dur memiliki semangat keterbukaan. Tidak ada niatan untuk menutup-nutupi bahkan mempolitisir situasi negara pada saat itu. Sekali waktu sebagaimana dikatakan oleh sejarawan Anhar Gonggong yang mencoba membuat bobot perbandingan antara era kepemimpinan Gus Dur dengan Soeharto. Seorang Anhar Gonggong mengatakan, “kalo pak harto itu banyak menyakiti rakyat, kalo Gus Dur saya harus bicara realistis. Gus Dur banyak menyenangkan rakyat, terutama kaum minoritas”. Tidak hanya itu, keberanian beliau mencopot Jenderal (Purn) Wiranto serta ingin membekukan Golkar pada saat masih berkuasa, merupakan prestasi patut ditiru. Padahal dalam masa transisi saat itu, keduanya cukup kuat dalam memimpin orde baru. Tindakan Gus Dur menjadi bukti bahwa beliau memiliki keberanian untuk melawan arus terhadap situasi politik tempo itu.

Pada peristiwa yang lain rekaman memori Kamilun Muhtadin sampai pada debat persoalan calon presiden perempuan di kalangan ulama sepuh dari NU. Gus Dur jauh hari telah menyatakan dukungan terhadap calon presiden perempuan. Pandangan ini tidak hanya terbatas sikap saja akan tetapi nampaklah dari peristiwa di saat Gus Dur dilengserkan dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Megawati, Gus Dur senantiasa memberi dukungan terhadap jalnnya pemerintahan. Sikap dan konsistensi inilah yang memberikan bukti bahwa beliau merupakan salah satu pembela gender sejati yang mengakui harkat martabat perempuan tanpa perlakuan diskriminatif.

Menyoal debat mengenai penghargaan pluralisme oleh MUI, Kamilun Muhtadin berpendapat agar MUI melakukan peninjauan kembali atau redefinisi mengenai makna pluralisme. Menurut Kamilun Muhtadin pluralisme ala Gus Dur tidak meletakkan pengakuan perbedaan itu pada substansi ajarannya, tetapi terletak pada sikap pemeluk-pemeluknya karena menurutnya seluruh umat manusia memiliki hak untuk bebas memilih suatu keyakinan dan dijamin kemerdekaanya untuk hidup. Kamilun Muhtadin membuat ibarat bahwa perilaku Gus Dur dalam menyebarkan virus cinta sesama umat, tidak hanya berlaku bagi kaum ‘pandawa’ saja, melainkan juga pembela kaum ‘kurawa’. Kita mengingat bagaimana Gus Dur berupaya menghapus perundang-undangan tentang penistaan agama (Penpres No. 01/PNPS thaun 1965) serta TAP MPR tentang komunisme (TAP MPRS XXV / 1966), yang menurut perspektif Gus Dur dianggap melanggar hak umat dalam melakukan kebebasan beragama.

Dalam kacamata Kamilun Muhtadin yang berusaha mengenang profil Gus Dur saat menjadi presiden RI ke-4 nampaklah bahwa Gus Dur tidak menampakkan gaya populis. Gus Dur adalah sosok yang memiliki pemikiran jauh ke depan dan produktif. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Gus Dur memang sudah lama dikenal demikian. Pemikiran alternatif yang menerobos kemafhuman banyak pihak. Kenangan Kamilun Muhtadin terhadap sosok Gus Dur mampu dirangkai dalam asah pikir otak-atik gathuk. Terinspirasi dari otak-atik gathuk angka 9, Kamilun Muhtadin menemukan sebuah permainan kata dengan utak atik angka 4 yang dikombinasikan dalam konteks Gus Dur. “Gus Dur adalah urutan ke-4 dari Presiden Indonesia. Dalam lawatan ke luar negeri, dalam satu bulan Gus Dur rata-rat mampu berkunjung ke empat negara sehingga dalam kurun 20 bulan mampu mengunjungi sejumlah 80 negara. Gus Dur memiliki empat putri dan meniru empat sifat Rasulullah, yakni shiddqi, amanah, tabligh dan fathanah”, begitulah Kamilun Muhtadin menguraikan cerita tentang permainan utak-atik gathuk tentang yang empat.

Seraya menegaskan posisi Gus Dur di tengah lawan-lawan politiknya, kesan yang terurai dari Kamilun Muhtadin adalah soal kecerdasan Gus Dur yang melintas batas sehingga lawan-lawan politiknya justru menegaskan Gus Dur melalui olok-olok dan cibiarannya bahwa Gus Dur itu tidak pintar karena tidak lulus di Mesir dan Irak serta tidak punya ijazah.

Kamilun Muhtadin, melalui ciri khas yang memiliki karakteristik yang low profile,  kembali membuat imajinasi mengenai Gus Dur. Andaikata di antara kita ada yang berkecimpung di dunia gaib sehingga mampu berdialog dengan beliau maka satu pertanyaan pertama yang saya ajukan, “Gus, anda akan diangkat menjadi pahlawan nasional, bagaimana?”. Sembari berseloroh dia mengamalkan dengan alur jawabannya, “belum tentu, aku tidak cari popularitas!”. Dia kemudian menegaskan bahwa kebenaran beliau begitu besar terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Menutup pembicaraan, Kamilun Muhtadin kembali menegaskan mengenai kesan terhadap Gus Dur, yakni bahwa Gus Dur itu memiliki 3 R yaitu care, fair dan share. Sayang, beliau tidak memiliki fisik yang prima, padahal Gus Dur merupakan sosok yang brillian, teguh pendirian, menyejukkan dan pemurah hatinya.

 

Bersambung!

 

Dikutip dari : Buku Gus Dur Sebuah Testimoni Lintas Agama (LAKPESDAM NU Cabang Kota Malang, 2010)