TARIKH

Jejak Para Kyai Legendaris Malang Raya – Kyai Djalalain

KH. Muhammad Djalalain (Kasin-Klojen, 1821 M)

 

Kyai Muhammad Djalalain menjadi ulama yang punya pengaruh besar pada abad ke-18. Garis keturunan beliau tidak sembarangan. Di dalam darah Kyai Muhammad Djalalain, mengalir trah (silsilah) Sunan Gunung Jati. Makam Kyai Muhammad Djalalain dikenali dengan makam Mbah Muhammad berada tepat di barat, berimpitan dengan Masjid Al Mukarromah.

Masjid ini berlokasi di tengah-tengah permukiman padat penduduk, Jalan Arif Mergosono Gang Masjid, RT 04 RW 07, Kelurahan Kasin, kecamatan Klojen, Kota malang. Makam Mbah Muhammad menempati sebuah ruangan khusus. Berukuran sekitar 2×4 meter, dikelilingi dinding setinggi 2 meter. Tidak ada atap atau apapun yang menutupi areal makam tersebut.

Setiap hari makam yang diselimuti porselan putih ini selalu terlihat bersih. aroma melati tercium begitu memasuki areal makam. “entah siapa yang memberi bunga melati di sini. Namun setiap hari pasti ada yang menggantinya, dan yang jelas bukan dari Takmir masjid,” kata ketua Takmir Masjid Al-Mukarromah. Dia mengatakan bahwa, pada momen-momen tertentu makam Mbah Muhammad ramai dikunjungi orang. “biasanya setiap malam Jum’at, lalu bakda maulud,” ujar pria 60 tahun itu. Yang datang tidak hanya masyarakat biasa saja, tapi juga ulama besar. Diantaranya ada nama-nama Habib Lutfi dari pekalongan, habib bakir, dan habib-habib lain dari seantero Nusantara.

Mantan Presiden RI Gus Dur pun pernah mengunjungi Masjid Al Mukarromah dan makam Mbah Muhammad setelah rampungnya pemugaran pada tahun 1997 silam. Saat itu, Gus Dur masih menjabat sebagai sebagai ketua PB Nahdlotul Ulama (NU). Bersama dengan Wali Kota Malang kala itu, Soesmato, Gus Dur meresmikan Masjid Al Mukarromah. Kedatangan masyarakat umum, pejabat, hingga tokoh sekelas Gus dur membuktikan bahwa Mbah Muhammad bukan orang sembarangan. Kebesaran nama Mbah Muhammad memang tersebar dari mulut ke mulut, melintasi zaman.

Mbah Muhammad punya nama asli Pangeran Fadludin. Dikenal pula sebagai Syeikh Muhammad Djalalain. Dia adalah putra keempat dari sepuluh bersaudara Sultan Banten. Yakni Sultan Haji Abdu Nasri Abdul Qohar Maulana Ruddin yang masih memiliki garis keturunan dari Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sayangnya tak ada sumber sejarah yang menyebutkan kapan Mbah Muhammad lahir.

Namun pada tahun 1773 silam, Mbah Muhammad meninggalkan Banten bersama kakaknya Pangeran Muhammad Thohir dan dua orang adiknya, pangeran Dja’faruddin dan Pangeran Muhammad Alim. Tujuannya adalah ke arah timur. Hingga akhirnya mereka tiba di suatu tempat yang saat ini dikenal sebagai Desa Tebusaren, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.

Desa Tebusaren bukanlah akhir dari perjalanan Mbah Muhammad dan saudara-saudaranya. Pada tahun 1777, pangeran Muhammad Thohir menugaskan kepada Mbah Muhammad untuk menjalankan misi dakwah Islam di wilayah Malang.

Mbah Muhammad kemudian menetap di Kasin pada tahun 1779. Dari tempat inilah, Mbah Muhammad menyebarkan agama Islam. Beliau memiliki banyak murid dan pengikut setia. Mbah Muhammad kemudian wafat pada tahun 1821 silam. Di luar, ruangan Mbah Muhammad terdapat beberapa makam yang dipercayai sebagai pengikutnya. Bahkan satu diantaranya berimpitan di pintu masuk makam. Seolah menjaga makam Mbah Muhammad. Masyarakat tidak ada yang tahu ini makam siapa yang berada persis d depan pintu masuk. Namun, warga disini percaya bahwa itu makam dari pengikut atau pengawal Mbah Muhammad.

Para peziarah percaya bahwa Mbah Muhammad adalah ulama besar yang punya banyak kelebihan atau karomah. Bahkan, karomah itu masih bisa dirasakan hingga  saat ini, sekalipun Mbah Muhammad sudah wafat hampir dua abad. Banyak cerita yang menyebutkan keberadaan Mbah Muhammad membuat lingkungan di sekitarnya bebas dari maksiat.

Tentara Belanda pun Segan kepada Mbah Muhammad

Kyai Muhammad Djalalain mempunya peran besar dalam perkembangan Agama Islam di Malang dan sekitarnya  Pada abad ke-18, Mbah Muhammad juga dikenall dengan berbagai karomahnya, yang seringkali di luar logika manusia. Bukti sejarah keberadaan Mbah Muhammad adalah makamnya yang berada satu kompleks dengan Masjid Al-Mukarromah di Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen. Tentu saja, itu ada alasan yang kuat, mengapa Mbah Muhammad dimakamkan di sana.

Mbah Muhammad menjadi salah satu perintis Masjid Al Mukarromah. Pada mulanya Al Mukarromah tidak berbentuk masjid, sebesar seperti saat ini. Awalnya Al mukarromah adalah langgar atau surau. Alkisah, Mbah Muhammad yang menetap di kelurahan Kasin pada 1779 silam mendirikan langgar dan pondok pesantren. Memang cukup sulit untuk menemukan bukti tertulis soal sejarah ulama yang wafat pada tahun 1821 ini. Namun kisahnya diwariskan dari mulut ke mulut, termasuk yang diwariskan melalui anak cucu Mbah Muhammad.

Seperti yang dituturkan oleh Zuhdy Achmadi, canggah atau keturunan ke empat dari Mbah Muhammad bahwa Zuhdy Ahmad banyak tahu kisah Mbah Muhammad dari ayah dan kakek. Semasa hidup di Kasin, Mbah Muhammad memang mendirikan sebuah pondok kecil, juga langgar (surau). Beliau, Mbah Muhammad mengajar ngaji dan menyebarkan agama Islam di sana melalui Ilmu Syari’at. Sebagai seorang ulama, Mbah Muhammad mendapatkan karomah dari yang Maha Kuasa. Banyak cerita tentang karomah beliau. Salah satunya yaitu bisa menaklukkan orang.

Murid-muridnya banyak yang menjadi orang besar di kemudian hari. Misalnya mantan bupati sampang (madura), mantan Bupati Malang (pada abad 18), pernah menjadi muridnya. Bahkan, bupati Malang yang dulu pernah menjadi muridnya itu adalah murid yang tergolong ndablek (nakal). Namun karena keikhlasan dalam bimbingan Mbah Muhammad, dia bisa menjadi orang baik dikemudian hari.

Kisah lain yang menyebutkan, bahwa Mbah Muhammad punya jasa besar dalam membentengi masyarakat sekitarnya pada saat kolonialisme. Terutama dari kekejaman penjajah Belanda. Bahkan, karomahnya masih bisa dirasakan setelah Mbah Muhammad wafat. Beliau sangat gigih memperjuangkan hak-hak masyarakat dari kedzaliman penjajah belanda.

Ustadz H. Nur wasil Imami, adalah salah seorang sesepuh Kelurahan Kasin mengatakan, bahwa ada banyak kejadian di luar nalar manusia yang terjadi di sekitar makam Mbah Muhammad. Misalnya, dahulu kalau ada konvoi Belanda lewat daerah Kasin, bunyi-bunyinya musik yang sebelumnya kencang, tiba-tiba mati sendiri. Hal itu membuat tentara Belanda dan masyarakat sekitarnya menjadi heran atas kejadian itu.  Hal Itu tidak hanya terjadi sekali dua kali saja, tetapi berkali-kali. Oleh karena itu tidak heran apabila kemudian Belanda ketika konvoi selalu mematikan musik atau bunyi apapun ketika hendak melewati areal makam Mbah Mohammad.

Ustadz H. Nur Wasil juga mengungkapkan, bahwa mengapa areal makam keramat Mbah Muhammad dibiarkan tanpa ada apapun. Sebab, apapun yang ada atau melintas di atas makam itu pasti jatuh, misalnya burung-burung juga pada jatuh.. Kemudian cerita lainnya dialami oleh salah seorang peziarah, yang mengungkapkan bahwa kalau bermalam disitu (makam), biasanya kelihatan sosok macan putih atau ular besar. Bahkan seolah-olah Mbah Muhammad keluar dari makamnya.

Warga sekitar percaya, bahwa sosok macan putih itu merupakan peliharaan Mbah Muhammad. Seekor macan putih itulah yang dpercaya orang penjaga makam itu. Bahkan, dia juga menjaga daerah kasin dari kemaksiatan, hal itu diungkapkan oleh Ketua Ta’mir Masjid Al Mukarromah yakni Ustadz Agus Hasan.

Ustadz Agus sendiri pernah punya pengalaman yang tak terlupakan. Bahwa ketika saya mengadakan acara senam, tentu saja kalau acara itu pasti apakaiannya tidak islami. Boleh percaya atau tidak, musik untuk senam tidak bisa menyala atau berbunyi. Sehingga kegiatan senam terpaksa harus di hentikan dan berpindah ke tempat yang lain, hal itu semata-mata untuk menghormati makam Mbah Muhammad yang penuh dengan hal hal yang diluar nalar manusia.

Kemudian, terdapat cerita lain dari khatib dan imam masjid Al Mukarromah. “banyak khatib dan imam yang melakukan kesalahan ketika khotbah di masjid ini.” Ujarnya. Kesalahan bermacam-macam, mulai dari lupa tidak membaca takbir hingga lupa bacaan Al Fatihah.

Padahal, imam dan khatib bukanlah anak kemarin sore. Ada yang bergelar doktor, bahkan ada yang menjadi imam tetap di Masjid Jamik Kota Malang. “ternyata mereka lupa satu hal, yakni kirim doa untuk Mbah Muhammad sebelum khotbah.” Ujarnya.

 

Dikutip dari : Buku Jejak Para Kyai Legendaris (Madani, 2016)