TARIKH

Dzikir Pena Santri

“STREAM: SEBUAH PENDEKATAN UNTUK MENDUKUNG PERAN
AKTIF SANTRI DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN”
Oleh: Septian Dwi Pramono.

Allah  SWT menciptakan alam seisinya untuk kemaslahatan umat manusia. Allah SWT juga menciptakan manusia sebagai khalifah yang menjaga dan melestarikan alam seisinya. Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa alam seisinya mengalami degradasi secara masif. Degradasi alam seisinya banyak disebabkan oleh faktor manusia, misalnya pencemaran air sungai di Kota Malang yang disebabkan oleh limbah industri (Istiawan, 2017; Arifin, 2017; Mubarok, 2018; Sukarelawati, 2018), limbah domestik (Christiyaningsih,2016; Istiawan,2017; Wahyunik, 2018), dan limbah medis (Arifin, 2017; Ratri,2018; Sukarelawati, 2018). Pencemaran air dapat menyebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, matinya plasma nutfah dan masih banyak yang lainnya yang harus diatasi dengan peningkatan kesadaran lingkungan masyarakat.

Menurut Hassan et al. (2010) & Altin et al. (2014) kesadaran lingkungan dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan non-formal. Dalam pendidikan formal terdapat kompetensi dasar tentang kelestarian lingkungan di sekolah/madrasah, dengan harapan siswa memiliki kesadaran lingkungan. Siswa di sekolah/madrasah pasti terdapat santri, karena menurut KBBI santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, atau orang yang saleh. Terlebih lagi di dalam Al-Qur’an Surat Ar- Rum ayat 41-42 dan Surat Al-A’raf ayat 56-58, setiap manusia memiliki kewajiban yang sama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan kutipan Al-Qur’an tersebut akan membuat santri memiliki keyakinan yang teguh untuk terus menjaga kelestarian lingkungan.

Kesadaran lingkungan dapat ditanamkan dalam diri santri melalui pembelajaran yang menggunakan pemecahan masalah, misalnya pemecahan masalah lingkungan. Pembelajaran yang demikian akan menjadi pembelajaran yang bermakna atau pembelajaran yang tidak berbasis hafalan, karena siswa menemukan solusi sendiri yang menggunakan keterampilan berpikir kritis dan logis (Yuliana dkk. 2015). Saat ini terjadi perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang memicu terjadinya Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0). RI 4.0 didahului oleh RI 1.0 yang dimulai sejak 1784 dengan ciri air dan kekuatan uap sebagai bahan bakar. Sedangkan pada 1870 mulai digunakan energi listrik untuk produksi masal yang disebut dengan RI 2.0, dan pada 1970 terjadi Rl 3.0 yang terjadi perkembangan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi proses produksi (Tjandrawinata, 2016). Subekti dkk. (2018) menyimpulkan bahwa era RI 4.0 masyarakat menjadikan teknologi informasi sebagai basis dalam kehidupan. Dengan demikian RI 4.0 akan mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi sosial dalam kehidupan sehari-hari (Tjandrawinata, 2016).

RI 4.0 memberikan berbagai kemudahan, salah satunya yaitu kemudahan dalam memperoleh berbagai referensi ilmiah dalam bentuk digital yang bertaraf nasional dan internasional (Griffin & Care, 2014; Akbar & Anggraeni, 2017). Referensi inilah yang dibutuhkan oleh santri untuk mengembangkan keterampilan riset secara mandiri, kesuksesan akademis, profesional, dan pribadi, serta memberikan bekal kepada setiap individu untuk belajar sepanjang hayat (Baro, 2010; Kurbanoglu dkk.2004). Agar santri dapat menggunakan referensi dengan baik, maka diperlukan keterampilan menggunakan teknologi atau bisa disebut Literasi teknologi. Lemke & Cheryl (2003) menambahkan bahwa literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan menggunakannya, serta memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menerapkan teknologi .

Literasi teknologi akan mendukung santri dalam memiliki keterampilan yang lain. Keterampilan tersebut adalah literasi informasi atau keterampilan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, memperoleh dan mengolah informasi atau disebut literasi informasi (Candy, 2002; Bato, 2011; Nurohman, 2014; Pattah, 2014; Wicaksono, 2016). Santri yang memiliki literasi informasi akan mudah menemukan dan mengolah informasi secara efektif dan efisien untuk mendukung santri dalam memecahkan masalah khususnya kelestarian lingkungan melalui penerapan informasi yang berupa konsep, prinsip, dan prosedur biologi yang telah diperoleh, maka siswa akan memiliki literasi sains (Miller, (1988); Asyhari & Hartati, 2015; Innatesari, 2015; Fakhriyah dkk. 2017; Basam dkk. (2018)). Dalam pemecahan masalah keterampilan proses sains (KPS) santri juga terasah melalui penerapan metode ilmiah (Putra dkk. 2015). Selain itu, pemecahan masalah juga akan membekali santri memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif. (Murti, (2013) & Wijaya, dkk. (2016)) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan berpikir logis dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan yang akan dipercayai atau dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan ide atau gagasan baru untuk mencapai berbagai tujuan (Maxwell, 2004: 136). Dan paparan di atas santri dapat memiliki keterampilan dan literasi tersebut jika pembelajaran menggunakan pendekatan STREM.

STREM atau science, technology, religion, engineering, dan mathematics. STREM berasal dari STEM yang merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan di dunia karena dipercaya dapat membangun masyarakat dan Religion yang mengkaji suatu masalah di bidang agama. Science memberikan kontribusi berupa pengetahuan untuk menjelaskan fenomena khususnya fenomena kelestarian lingkungan. Information technology akan membantu santri dalam memperoleh beragam referensi ilmiah, membuat simulasi konsep, penyebab, dampak, beserta penyelesaian suatu masalah, sehingga dapat mempermudah pembelajaran bahkan sosialisasi di masyarakat. Religion memberikan kontribusi sebagai pedoman berpikir dan bertingkah laku santri khususnya dalam mewujudkan kelestarian lingkungan melalui A1-Qur’an, hadist, dan wejangan dari Kiai mereka. Engineering, berfungsi agar santri dapat menggunakan pengetahuan baru dan suatu masalah tersebut untuk membuat terobosan baru, misalnya teknologi merubah air yang tidak layak konsumsi menjadi layak konsumsi. Serta mathematics, untuk mengetahui karakteristik dari suatu masalah, misalnya mengetahui mutu air melalui perhitungan pH air.

STREM dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah (MA) khususnya dalam mata pelajaran biologi yang banyak memiliki masalah lingkungan. Dalam kegiatan inti pembelajaran santri dapat dihadapkan pada masalah biologi, misalnya pencemaran air. Santri diminta untuk menjelaskan apa yang dimaksud pencemaran air, apa penyebabnya, apa dampaknya, yang dapat diketahui jika siswa memiliki pengetahuan sains. Santri diberikan kebebasan menggali lebih dalam secara kritis pencemaran air dengan menggunakan buku ataupun teknologi informasi. Santri juga diharuskan mengkaji pencemaran air dari segi religion untuk pedoman dalam bertindak dan bersikap. Setelah itu, Engineering dilakukan secara praktikum mengetahui karakteristik air yang tercemar, mulai dari keasaman, kadar 02 dalam air, dan lain-lain yang juga melibatkan perhitungan matematis serta santri dapat membuat/merancang sebuah alat untuk mendeteksi pencemaran air, misalnya mikrokontroler ATmega32 yang dikembangkan oleh Effendi dkk. (2015) yang dapat mendeteksi pencemaran air. Dalam enginering juga santri diminta membuat beragam solusi atau simulasi pencemaran air dan penanggulangannya yang dapat menggunakan techology. Selain itu santri dapat menggunakan techology untuk menyebarluaskan techology yang telah mereka buat.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelestarian lingkungan dapat terjadi jika santri sebagai generasi penerus bangsa telah memiliki pengetahuan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pengetahuan tersebut dihasilkan dari pembelajaran yang bermakna melalui implementasi STREM atau sains, teknologi, religi, engineering, dan matematika. STREM mengaitkan berbagai ilmu sehingga pengetahuan, sikap, dan keterampilan santri semakin mantap dan mampu menjawab tantangan kelestarian lingkungan di era RI 4.0 dan abad 21.

 

Dikutip dari:  Buku Dzikir Pena Santri (Belibis Pustaka, 2019)